Portal Forkim

Baca sambil dengar instrumen:

[OPINI] Massiara Kunci Silaturahmi

Kurniawan

23-04-2023

Bagikan di WhatsApp
[OPINI] Massiara Kunci Silaturahmi

Indonesia kaya akan keberagaman. Indonesia memiliki banyak daerah dari sabang sampai merauke, setiap daerah memiliki keberagamannya mulai dari agama, budaya, suku ,dan bahasa. Keberagaman di Indonesia menjadi nilai keistimewaan tersendiri.

Keberagaman di Indonesia memiliki keistimewaan, salah satu diantaranya dari sisi agama. Indonesia memiliki beberapa agama, salah satunya agama Islam. Keberadaan agama Islam di Indonesia suda ada sejak dulu. Agama Islam memiliki keistimewaan diantaranya adalah bulan suci ramadan. Perayaan bulan suci ramadan biasanya dilaksanakan dalam satu tahun sekali.

Bulan ramadan merupakan bulan kemuliaan. Umat muslim menanti-nanti kehadiran bulan ramadan. Kewajiban melaksanakan puasa terdapat pada bulan ramadan, yang dilaksanakan mulai dari terbitnya fajar hingga terbenam. Perintah melaksanakan puasa menjadi nuansa tersendiri. 
Bulan ramadan memiliki keistimewaan. Turunnya Al-Qur’an pada bulan ramadan menjadi keistimewaan didalamnya. Keistimewaan lainnya yakni malam lailatulqadar, malam penuh rahmat dan ampunan. Bulan ramadan menjanjikan pahala. Melaksanakan ibadah menjadi salah satu cara untuk mendapatkan pahala. 

Idulfitri adalah perayaan setelah berakhirnya puasa. Berakhirnya puasa umat muslim merayakan idulfitri. Idulfitri dilaksanakan pagi hari, umat muslim melakukan salat.  Idulfitri biasa disebut juga lebaran. Idulfitri memiliki tradisi massiara
Massiara merupakan tradisi Bugis, massiara dilakukan dengan mengunjungi rumah. Tradisi massiara dilakukan biasanya oleh kalangan anak-anak ketika idulfitri. Anak-anak mengunjungi rumah dengan tujuan tertentu. 

Burasa

Massiara: Fenomena Lebaran

Indonesia memiliki berbagai macam suku yang memiliki keberagaman. Keberagaman suku di Indonesia mulai dari kebudayaan dan kearifan lokal dengan ciri khasnya. Keberagaman budaya di Indonesia memiliki perang penting. Keberagaman budaya memiliki peran dalam membangun bangsa.
Suku Bugis merupakan salah satu suku di Indonesia. Suku bugis tergolong dalam suku Deutro Melayu, yang masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia. Bugis berasal dari kata “To Ugi”, yang memiliki arti orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina di Pammana yaitu La Sattumpugi.  La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu.

Suku bugis memiliki tradisi yang masi bertahan turun temurun, yakni Massiara. Massiara adalah tradisi penyambung tali silaturahmi dengan keluarga, tetangga dan sahabat. Massiara sebagai tali silaturahmi tidak hanya sekadar bertemu, melainkan wadah saling memaafkan sesama. 

Massiara tidak hanya sekadar sebagai tali silaturahmi, melainkan untuk menghilangkan lapar. Di hari idulfitri menjadi momentum untuk massiara atau mengunjungi tiap rumah, tiap rumah yang didatangi dijamu dengan makanan khas, burasa menjadi salah satu makanan yang biasa disajikan. Burasa merupakan makanan khas suku Bugis. Aktivitas makan dalam massiara tidak hanya sekadar persoalan menyantap makanan, momentum makan bersama mendekatkan satu sama lain dan menyebarkan semangat perdamaian.

Ada Kebaikan di "massiara"

Massiara merupakan momentum yang dirindukan masyarakat suku bugis saat idulfitri. Massiara memiliki nilai-nilai didalamnya yang menjadikan momentum massiara memberikan manfaat, diantara nilai-nilai tersebut, yakni:

  • Menghadirkan interaksi Sosial 

Massiara menjadi momentum untuk salin mengunjungi satu sama lain, makan bersama menjadi salah satu momentum. Makan bersama akan meningkatkan pendekatan satu sama lain, momentum lainnya dapat salin bertukar infomasi dan merawat kebersamaan. Hadirnya interaksi sosial positif dapat menciptakan kekompakan dan menjaga perdamaian.

  • Merawat Silaturahmi

Merawat silaturahmi sangat penting dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat. Massiara menghadirkan momentum untuk salin memaafkan satu sama lain, dengan salin memaafkan maka akan merawat hubungan.

Berburu Uang dan Kue di kalangan Anak-Anak

Massiara menjadi momentum yang dinantikan bagi kalangan anak-anak. Anak-anak menjadikan momentum massiara dengan berburu uang dan kue mengunjungi rumah dengan mengharapkan uang atau kue. Massiara juga dilakukan dikalangan anak-anak dan menjadi kegemaran.
“Asalamualaikum, massiara, massiara, meloka massiara (mau silaturahmi)”. 
Ungkapan yang terdengar ketika anak-anak mengunjungi rumah untuk massiara uang atau kue. Pemilik rumah akan memberikan uang atau kue, dan anak-anak akan mengatakan “terima kasih, sungguh indahnya berbagi kebahagian di idulfitri. 

Tradisi massiara di kalangan anak-anak dapat menjadi kunci silaturahmi, hal ini dikarenakan pemilik rumah akan menjumpai wajah-wajah baru dari biasanya. Interaksi yang terjalin dengan anak-anak akan menumbuhkan hubungan silaturahmi.

Fenomena massiara uang dan kue menjadi keistimewaan tersendiri dan dapat dijumpai saat idulfitri. Massiara uang dan kue menjadi momentum kebahagian, dan menjalin hubungan antar teman, terlebih lagi kepada pemilik rumah.

Kolom Pencarian

Sekretariat

Observer Room Forkim, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Parepare
Jl. Amal Bakti No. 8, Parepare
South Sulawesi, Indonesia 91132