Portal Forkim

Baca sambil dengar instrumen:

Diskusi di Era Disrupsi

Wawan

03-01-2024

Bagikan di WhatsApp
Diskusi di Era Disrupsi

Mahasiswa adalah objek yang fenomenal dalam proses perkuliahan, kegiatan yang dilakukannya menjadi hal yang sensitif yang dapat diamati selama dalam perguruan tinggi.

Mahasiswa sendiri dalam menjalani perkuliahan tidak luput dari proses diskusi baik dalam ruang kuliah saat proses pembelajaran maupun saat diluar.

Terkhusus pada coretan narasi pada kali ini berfokus pada diskusi dalam proses perkuliahan khususnya dalam kelas.

Kelas dalam kuliah menghadirkan diskusi yang terjadi hari demi hari saat proses perkuliahan berlangsung . Pola-pola diskusi tentunya memiliki karakteristik dan metode nya tersendiri. Pada era Disrupsi saat ini diskusi sangat erat kaitannya dengan hanya sekadar menggugurkan kewajiban dikarenakan biasanya hanya  berfokus pada bantuan tekhnologi seperti kecerdasan buatan dan sejenis lainnya.

Kata disrupsi ini pertama kali diperkenalkan tahun 1997 oleh Clayton Christensen dalam bukunya yang berjudul “The Innovator’s Dilemma”.

Penulis menggaris bawahi era Disrupsi adalah fase dimana terjadinya perubahan secara masif dikarenakan karena adanya kemajuan yang signifikan baik  dalam segi inovasi dan kecanggihan tekhnologi.

Era Disrupsi mengubah pola diskusi mahasiswa dimana hal ini dapat diamati kecendrungan mahasiswa untuk berfokus menjawab pertanyaan dengan adanya bantuan berupa chatgpt.

Pola diskusi dengan hanya berfokus pada bantuan kecerdasan buatan tampa berfokus pada kecerdasan intelektual mahasiswa maka esensi dari diskusi tidak dapat dicapai secara maksimal. Pada dasarnya intelektual mahasiswa adalah hal yang perlu didorong dan terus diasah.

Diskusi saat ini memberikan gambaran adanya kekakuan dalam mengungkapkan argumen, seorang Rocky Gerung pernah berkata kapan pikiran dapat dikatakan pikiran ketika dipertentangkan.

Sungguh disayangkan ketika ruang-ruang kelas tidak diisi dengan nuangsa akademis yang mengasah kemampuan bernalar dan kritis mahasiswa. Pola-pola diskusi yang kaku ketika terus dipertahankan maka dimana waktu untuk mahasiswa dapat menggali  potensinya secara luas.

Solusi yang dapat dihadirkan pada permasalahan kali ini yakni, mahasiswa hendaknya dapat menempatkan dirinya dan memahami metode berpikir dalam proses perkuliahan. Mahasiswa tidak harus terlalu berada pada fase kenyamanan menggunakan bantuan teknologi dikarenakan aspek utama berada pada diri pribadi mahasiswa yakni intelektual.

Kolom Pencarian

Sekretariat

Observer Room Forkim, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Parepare
Jl. Amal Bakti No. 8, Parepare
South Sulawesi, Indonesia 91132