Portal Forkim

Baca sambil dengar instrumen:

Tanda Oposisi Aktivis (TOA)

Kurniawan

23-12-2024

Bagikan di WhatsApp
Tanda Oposisi Aktivis (TOA)


”Redupnya Suara TOA Maka Redup Pula Oposisi di Negara Ini ” by Wawan

OPINI - Tiada masa tanpa perjuangan dan tiada perjuangan tanpa adanya usaha dan dedikasi yang kuat dari para tokoh khususnya dalam bangsa ini. Bangsa yang besar tumbuh karena kedaulatan dari rakyatnya sehingga melahirkan sebuah istilah ”kekuasaan tertinggi berada pada tangan rakyat”. Rakyat sejahtera bangsa pun ikut sejahtera hal itu menjadi dasar yang selayaknya dipahami oleh semua golongan.

Kutipan tadi nyatanya perlahan-lahan menjadi dongen yang semu diantara kekuasaan yang kini perlahan-lahan merenggut kedaulatan rakyat. Rakyat hanya sekedar tontonan belaka selayaknya dalam sebuah film dimana skenario diatur sedemikian rupa demi sebuah kepentingan belaka. Dekadensi inilah yang masih menjadi obor penyemangat kepada para aktivis yang masih memperjuangkan hak dan kedaulatan rakyat.

Tumbuh dan berproses dalam gelombang arus peradaban bangsa ini ialah seorang aktivis yang pantang menyerah serta memiliki dedikasi yang kuat demi bangsa ini. Teruntuk para pemegang kekuasaan yang masih memperalat dan menyengsarakan rakyat ingat kami masih ada  dan akan terus berlipat ganda.

Ketika merefleksi gerakan-gerakan aktivis khususnya dalam hal ini yakni mahasiswa sejak tahun 98 hingga saat ini tentu memperlihatkan gerakan-gerakan perubahan demi hal-hal yang sepantasnya diperjuangkan. Hal inilah yang mesti selalu hidup dalam tiap sanubari para mahasiswa dan menjadi motivasi yang kuat dalam mengemban amanahnya sebagai seorang ”Mahasiswa”.

Redup dan mati diperalat oleh para pemegang kekuasaan atau bangkit serta melawan segala macam bentuk penindasan yang ada. Segelintir orang-orang yang tergolong kepada kaum hedonis akan memilih sikap untuk tetap ikut arus saja terhadap segala macam keputusan yang ada. Sedangkan segelintir lainnya tetap berada pada poros pergerakan demi sebuah perjuangan.

Pertanyaannya kita memilih apa?

Bukannya berjuang itu lebih baik daripada tidak sama sekali?

Kembali pada setangkai kutipan di awal yakni ” Redupnya Suara TOA Maka Redup Pula Oposisi di Negara Ini ” lahirnya kutipan tersebut tentunya bukan tanpa sebab. Hal tersebut didasari pada kondisi dan realita yang ada pada ruang lingkup kampus yang mulai redupnya orasi-orasi yang ditandai dengan toa.

Toa merupakan simbol gerakan mahasiswa redupnya toa maka redup pula gerakan-gerakan mahasiswa. Ketika kesadaran dari para mahasiswa mulai terkikis maka kapan lagi orasi-orasi masih dapat didengar serta menjadi spirit semangat bagi penerus-penerus perjuangan lainnya di kemudian hari.

Menghadirkan toa maka menghadirkan pula jiwa perjuangan khususnya di tiap lembaga-lembaga yang ada dalam kampus. Berkaca pada beberapa kasus belakangan ini khususnya yang lagi menjadi topik pembahasan yakni PPN 12%. Kenaikan tersebut tentunya menimbulkan kecemasan bagi masyarakat dikarenakan peningkatan persennya yang bertambah dibandingkan tahun-tahun kemarin.

Kenaikan tersebut bagi orang-orang dengan golongan yang mumpuni atau kepada para pengusaha-pengusaha ternama tentu bukan masalah yang signifikan. Pertanyaan yang timbul yakni lantas bagaimana dengan golongan masyarakat menengah kebawa?  Tentu beban yang dipikulnya akan semakin bertambah serta menimbulkan kecemasan.

Kecemasan inilah yang merupakan suara paling penting bagi seorang penguasa. Ketika penguasa tidak mampu mendengar suara kecemasan atau berusaha tidak mendengarnya maka gagallah ia sebagai seorang pemimpin. Hadirnya toa sebagai pengeras suara kecemasan serta suara-suara perubahan lainnya adalah bentuk perlawanan aktivis kepada oknum-oknum yang merenggut kedaulatan rakyat.

Orasi-orasi yang merdu dan lantang terdengar di jalanan akan menyapa para penguasa bahwa jabatan yang dimilikinya sedang tidak baik-baik saja. Lantangnya suara kami itu karena lantangnya juga penindasan yang terjadi. Jangan salahkan ketika para aktivis turun ke jalan tapi salahkan ketika jabatan yang diamanahkan tidak dapat dijalankan dengan sebaik mungkin.

Jangan pernah redupkan toa dalam kampus, bangkitkan serta hadirkan dalam tiap lembaga agar suara-suara itu pun menggema ke telinga-telinga para penguasa. Teruntuk para mahasiswa, ketika kau tak mampu memahami kondisi sosial yang terjadi serta menyikapinya bagaimana mungkin kamu masih tetap melekatkan kata ”mahasiswa” pada pundakmu.

Ayo! bangkit dan lawan segala macam bentuk penindasan yang terjadi baik dalam tataran kampus maupun diluar. Dengan simbol gerakan mahasiswa (TOA).

"Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat Indonesia"

Sinar Nurani Insani

Penulis: Kurniawan

Kolom Pencarian

Sekretariat

Observer Room Forkim, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Parepare
Jl. Amal Bakti No. 8, Parepare
South Sulawesi, Indonesia 91132