Portal Forkim

Baca sambil dengar instrumen:

Quarter-life Crisis: Keniscayaan Menjadi Dewasa

Syaifullah

22-05-2023

Bagikan di WhatsApp
Quarter-life Crisis: Keniscayaan Menjadi Dewasa

OPINI - “Takut Tambah Dewasa, Takut Aku Kecewa, Takut tak seindah yang kukira” karya adalah kutipan lirik lagu yang dinyanyikan oleh Brigita Meliala atau lebih populer dengan nama Idgitaf.

         Belakangan ini menjadi lagu yang sangat populer dikalangan remaja. Hal ini selaras dengan isu quarter-life crisis sering menjadi pembicaraan khalayak terutama di media sosial. Krisis ini dipicu oleh ketimpangan antara tuntutan perkembangan masa dewasa untuk menjadi mandiri baik secara mental, finansial, maupun karier dengan kemampuan yang dimiliki individu untuk mengatasinya. Bagi sebagian orang, quarter-life crisis menjadi peristiwa yang nyata dan penuh tantangan. Mereka yang mengalami ini mungkin merasa kehilangan sesuatu. Mereka juga akan bertanya-tanya apa tujuan hidupnya dan apakah mereka berada di jalan yang benar.

         Sebuah penelitian yang dilakukan oleh LinkedIn (2017) terkait quarter life crisis menunjukkan sebanyak 75% dari 6.014 partisipan dari berbagai negara, seperti Amerika, Inggris, India, dan Australia pernah mengalami quarter life crisis dan rata-rata mereka mengalaminya di usia 27 tahun.  Quarter life crisis yang terjadi pada generasi milenial banyak dialami perempuan sebesar 61%. Pemicu quarter-life crisis sangatlah bervariasi, diantaranya 57% merasa kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion, 57% mengalami tekanan lantaran belum memiliki rumah, dan 46% mengaku tertekan akibat belum memiliki pasangan. Keadaan inilah diakibatkan permasalahan keuangan pada individu,sehingga membuat milineal merasa insecure, kecewa, kesepian sampai depresi. Faktor lain terjadinya quarter life crisis adalah terjadinya percepatan teknologi dan informasi yang dirasakan oleh remaja saat ini.

         Quarter-life crisis sendiri merupakan fenomena psikologis yang cukup umum terjadi di kalangan generasi muda dewasa antara umur 20-30 tahun. Menurut Dr. Oliver Robinson, seorang psikolog yang mempelajari quarter-life crisis, kondisi ini muncul sebagai hasil dari perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat modern, di mana individu merasa terlalu banyak pilihan dan tekanan untuk mencapai kesuksesan dalam hidup mereka. Robinson juga menyatakan bahwa perubahan-perubahan kecil yang terjadi selama masa transisi dari remaja ke dewasa muda dapat memengaruhi kemampuan individu untuk menentukan tujuan dan mencapai keberhasilan dalam hidup.

         Robinson menjelaskan bahwa terdapat lima fase yang dilalui oleh individu dalam periode quarter-life crisis, yaitu: Fase pertama, ditandai dengan munculnya perasaan terjebak dalam situasi yang merupakan pilihan hidupnya. Fase kedua, terdapat dorongan kuat untuk mengubah situasi dan merasa bahwa perubahan itu hanya akan terjadi jika ia melakukan sebuah “movement.” Fase ketiga, terjadi tindakan yang sangat krusial yaitu keinginan untuk keluar dari komitmen yang sudah dijalani dan membuatnya merasa terjebak. Fase keempat, ditandai dengan mulai membangun pondasi baru di mana individu dapat mengendalikan arah tujuan hidupnya. Fase kelima, membangun komitmen baru yang sesuai dengan minat dan nilai moral yang dipercaya individu tersebut.

         Sebagai penganut ajaran Islam hal ini harus diyakini bahwa semua yang terjadi itulah takdir terbaik yang diniscayakan kepada kita yang terjadi pasti merupakan campur tangan Tuhan didalamnya.  Dalam Islam, tidak ada konsep khusus tentang quarter-life crisis. Namun beberapa alternatif solusi yang diajarkan Islam yang dapat membantu individu mengatasi quarter-life crisis diantaranya: Pertama, sabar dalam Islam merupakan sikap yang penting untuk menjaga ketenangan dan kestabilan dalam menghadapi masalah dan krisis dalam hidup. Kedua, Tawakal merupakan kepercayaan kepada Allah SWT, bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidup adalah kehendak-Nya dan selalu ada hikmah di baliknya. Ketiga, Berprasangka baik kepada Allah.

Allah berfirman”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban).”

Kolom Pencarian

Sekretariat

Observer Room Forkim, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Parepare
Jl. Amal Bakti No. 8, Parepare
South Sulawesi, Indonesia 91132