Portal Forkim

Baca sambil dengar instrumen:

Opini: Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Mental Health Anak

Alfina Fikra Frazilia

10-07-2023

Bagikan di WhatsApp
Opini: Pengaruh Pernikahan Dini Terhadap Mental Health Anak

Pernikahan di usia muda sudah menjadi hal yang lumrah di zaman sekarang. Sejak zaman dahulu, tidak sedikit angka pernikahan dini yang terjadi di banyak daerah di Indonesia.

Pernikahan dini biasanya dialami oleh remaja berusia 17 hingga 18 tahun yang baru saja lulus SMA. Namun, tidak menutup kemungkinan masih banyak pelaku pernikahan dini yang bahkan masih berusia 15 atau 16 tahun tepatnya mereka yang masih mengenakan seragam putih biru.

Sangat menyenangkan membayangkan menikah di usia muda, berkesempatan menikmati lebih banyak momen bersama pasangan dalam ikatan yang sah, kesempatan menikmati pernikahan sebelum memiliki anak, dan masih banyak lagi hal menyenangkan lainnya jika sudah menjalin hubungan yang sah.

Banyak yang beranggapan bahwa menikah di usia dini akan sama dengan pernikahan dini di novel-novel remaja romantis, beberapa mungkin berjalan semulus cerita novel, tetapi kenyataanya banyak pernikahan dini yang berantakan di tengah bahkan di awal pernikahan.

Mengapa pernikahan dini itu bisa terjadi? apakah karena rasa saling cinta semata? Jika demikian, lantas mengapa banyak anak yang mengalami perceraian di usia dini  bahkan mengalami depresi terhadap hal yang mereka alami. 

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini adalah menghindari terjadinya zina. Gaya berpacaran anak muda zaman sekarang dianggap sudah mendobrak batas wajar, dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mereka memilih jalan ninja dengan menikah di usia dini.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini adalah perjodohan. Perjodohan sudah ada sejak zaman dahulu kala, sejak zaman Siti Nurbaya. Bahkan saat ini, sebagian besar alasan utama mahasiswa melanjutkan studi ke tingkat universitas adalah untuk menghindari perjodohan.

Nyatanya saat ini banyak orang tua yang menjodohkan anaknya di usia yang relatif muda, apalagi jika dijodohkan dengan orang yang jauh lebih tua darinya. Anak-anak sangat menghindari hal ini, terutama karena mereka tidak saling mencintai. 

Ditinjau dari segi gender, yang paling umum mengalami pernikahan dini adalah anak perempuan. Orang tua selalu menganggap bahwa anak perempuan akan mengurangi beban jika dinikahkan secepatnya. 

Menikah di usia dini merupakan hal yang sangat dihindari oleh remaja-remaja saat ini, bukan hanya karena faktor belum mapan, tetapi juga karena dua orang yang belum siap  menghadapi hal-hal yang kemudian menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka dan berujung pada konflik yang akan semakin merusak mental mereka.

Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari pernikahan dini salah satunya adalah gangguan mental health.

Banyak anak hasil paksaan pernikahan dini menderita gangguan kesehatan mental. Mengapa? Karena tanggung jawab besar yang harus dipikul bagi mereka yang secara fundamental belum siap baik secara fisik maupun mental, terutama bagi mereka yang masih relatif muda.

Pernikahan bukan hanya sekedar ajakan “Ayok nikah!” Namun, pernikahan adalah tentang kesiapan dua orang untuk menjalin hubungan yang serius nantinya.

Itulah mengapa begitu banyak anak muda yang menjadi korban pernikahan dini menderita depresi, masalah kesehatan mental, dan bahkan yang paling fatal mengakhiri hidup mereka sendiri.

Dampak selanjutnya adalah perceraian dini. Karena ketidaksiapan mereka dalam membina rumah tangga, dan lebih memilih mengakhirinya sehingga menempuh jalan perceraian.

Jika yang menjalaninya adalah mereka yang sudah dewasa, mungkin akan mencari jalan tengah dan tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, karena usia yang masih belum cukup umur untuk menghadapi permasalahan rumah tangga akhirnya memutuskan untuk bercerai. 

Dampak lain dari pernikahan dini adalah mereka belum bisa menjadi orang tua yang baik, bahkan ada dari mereka yang melakukan aborsi. Ada beberapa kasus dimana mereka kehilangan nyawa saat melahirkan karena secara fisik belum siap menjadi seorang ibu.

Pada dasarnya, seseorang yang belum cukup umur untuk mengandung memiliki banyak risiko saat melahirkan.

Meski tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian dari mereka yang menikah di usia muda bisa menjalaninya dengan baik dan terlihat bahagia. Namun, apa yang harus dilakukan untuk mencegah terganggunya mental akibat pernikahan dini pada anak?

Pertama, pola didik orang tua. Pola didik orang tua ini sangat penting. Salah satu faktor terjadinya pernikahan dini yang disebutkan sebelumnya adalah menghindari zina, sehingga orang tua perlu memaksimalkan cara didik terhadap anaknya terutama pada pergaulan.

Saat ini, pergaulan antara lawan jenis sudah dianggap biasa, bahkan zina sudah dianggap wajar di kalangan remaja. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mendidik anaknya sangatlah penting khususnya dalam pergaulan dengan lawan jenis.

Kedua, komunikasi (sharing). Sebuah hubungan tanpa komunikasi tidak akan berjalan dengan  baik. Seperti halnya dengan hubungan antara anak dan orang tua.

Anak-anak juga butuh didengarkan. Anak yang biasanya tidak menjalin komunikasi yang baik dengan orang tuanya akan menerima semua keputusan orang tuanya, meskipun tidak sesuai dengan keinginannya.

Seperti halnya ketika orang tua membiarkan anak mereka menikah di usia muda melalui jalur perjodohan baik itu secara terpaksa maupun tidak, pastinya mereka akan mengalami gangguan mental karena harus dibebani oleh tuntutan-tuntutan orang tua yang mau tidak mau harus mereka turuti.

Perjodohan paksa seperti inilah yang sangat merusak mental anak. Oleh karena itu, komunikasi antara orang tua dan anak sangatlah penting. Berbagi pengalaman, menghabiskan waktu bersama, dan melakukan hal-hal yang dapat mempererat hubungan orang tua dan anak.

Ketiga, lingkungan. Lingkungan juga merupakan salah satu support system paling utama dalam proses yang mereka jalani.yan

Lingkungan yang mendukung, membawa dan membuat anak lebih positif ketika mereka juga dikelilingi oleh lingkungan yang positif. Oleh karena itu, berada di lingkungan yang positif penting untuk menjaga kesehatan mental.

Bagi para remaja zaman sekarang yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat pernikahan dini, menikahlah saat sudah siap, karena rumah tangga dijalani oleh dua orang yang sama-sama siap untuk menempuh hubungan yang serius.

Duduk di mobil yang sama dengan orang yang memiliki selera musik berbeda tentu akan terasa canggung, apalagi jika tinggal satu rumah dengan orang yang tidak memiliki frekuensi yang sama.

Oleh karena itu, perlu ditanamkan pada pribadi seseorang tekad yang besar untuk menjaga diri dari hal-hal yang dapat mengganggu mental health dan memberi efek yang sangat berpengaruh pada kondisi psikologis. Mari sembuh bersama-sama dari hal-hal yang menjadi racun bagi kehidupan.

Kolom Pencarian

Sekretariat

Observer Room Forkim, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Parepare
Jl. Amal Bakti No. 8, Parepare
South Sulawesi, Indonesia 91132